Subscribe:

Jumat, 20 April 2012

Jujur Pada Diri



Jujur Pada Diri
Pentingnya mempersiapkan calon-calon yang akan menjadi pemimpin supaya menjadi pemimpin yang adil, jujur, idealis, bijaksana dan konswekwen. Melihat dari diri setiap manusia pada hakikatnya punya bakat menjadi orang soleh sebagaimana dia mempunyai bakat jadi orang  yang salah, tergantung mana pertumbuhan yang lebih subur, akankah kebanyakan diterpa serbuk kuman ataukah minum jamu dan pil pahit. Yang paling menentukan dan utama adalah lingkungan, mengenyam didikan, menumbuhkan perbuatan-perbuatan yang berakibat pada kontraksi komunal dan komunitas khas individualis-antagonis, bisakah dia meraunginya hingga tiada terkontaminasi oleh debu-debu jalanan?. Bisa saja terbebas dari karat dan pekatnya lautan asap hitam, manakala merasa diri ada yang membimbing dan mengayomi diri, karena kala tiada hal ini, mana mungkin terhindar dari petaka. Dengan begitu akan terbebas dari ujub takabur.

Rendah hati dan Tidak sombong

Cara agar diri terlepas dari sipat ini, adalah bagaimana kita harus ingat bahwa jiwa kita lahir ke alam fana ini 'kosong' dengan tangan hampa, tidak punya apa apa hanya tangisan kecil meraung membahana terdengar di telinga tetangga membuat hati teriris pilu, bagaimana nasibnya kelak. Padahal untuk apa sombong, sebab sesuatu yang kita sombongkan akan menjadi siksa, akan menjadi ancaman baik sekarang atau dikemudian hari, dunia dan atau akhirat.

Tuhan tidak senang alias murka kala ada orang kaya tapi berhati sombong. Dan lebih parah lagi sudah kelewat miskin amat sombong perangainya, budi bahasa sudah bukan pekerti insan lagi, tiada beda dengan hayawan ganas. Kaya miskin adalah pilihan sebagaimana hidup adalah pilihan, akan tetapi kudu konsekwen dan berani bertanggung jawab atas pilihannya. Adapun soal kaya sebenarnya adalah kaya hati, merasa cukup diri atas segala apa yang didapat, dan zuhud pun bukan apa yang ada ditangan dilepaskan, dibuang percuma tanpa guna dan faidah. 

Namun kaya juga ada kaya harta yang disebut hartawan, kaya jabatan disebut pejabat, dan kaya ilmu disebut orang alim. Hanya kekayaan, jabatan dan keilmuan bukan alasan diri jadi maruk, kemarukan harta, maruk jabatan, maruk akan ilmu membuat diri rasa tinggi. Iblis senang kalau ada orang kaya sombong, kaya harta kaya jabatan. Iblis senang kalau ada orang kaya sombong. Lebih senang lagi Iblis kalau ada orang miskin lagian sombong.

Masya allah kalau ada orang kaya sombong orang mungkin bilang, pantes orang kaya sombong, tapi orang miskin sombong, apa yang mesti di sombongin?

Dalam segala bentuknya sombong itu dibenci Allah subhanahuwata'ala, rosul dan malaikat dan disenangi iblis. kenapa ?  karena seponsor dan pelopor sombong itu dialah iblis. Orang yang rendah hati, tidak selalu menonjolkan diri, orang yang selalu menonjolkan diri sebenarnya orang yang tidak percaya diri, akan berakibat pada hilangnya kejujuran, padahal kejujuran membawa keberkahan, keberkahan membawa ketenangan, ketenangan membawa kebahagiaan. Allohu a'lamu.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Andai kata ada faidahnya artikel ini bagi sahabat mudah-mudahan banyak manfaat, silahkan di salin dan halal untuk di sebarkan kepada yang lain, jangan lupa sekedar komentarnya.